Asalberita.com – Legenda Manchester United (MU), Patrice Evra, baru-baru ini membuat pernyataan mengejutkan dengan mengatakan bahwa dia, bersama mantan manajer legendaris Sir Alex Ferguson, turut bertanggung jawab atas kemunduran klub dalam lebih dari satu dekade terakhir. Sejak pensiunnya Ferguson pada 2013, MU belum pernah lagi meraih gelar Liga Inggris, dan klub terus mengalami masa-masa sulit. Bahkan, Erik ten Hag, manajer permanen kelima MU setelah Ferguson, saat ini berada di ambang pemecatan akibat performa buruk klub di awal musim ini.
Kemunduran MU di Musim Terakhir
Musim lalu menjadi salah satu musim terburuk bagi MU, di mana mereka tersingkir di babak grup Liga Champions. Mereka hanya mampu finis di posisi kedelapan di Liga Inggris, dengan catatan selisih gol negatif. Masalah ini tampaknya masih berlanjut di musim 2023-2024. MU saat ini berada di peringkat ke-12 dalam klasemen sementara Liga Inggris.
Kepergian Patrice Evra dan Ferguson Menyebabkan Kekosongan dalam Tim
Patrice Evra, mantan pemain bertahan asal Prancis yang meninggalkan Old Trafford pada tahun 2014, satu tahun setelah Ferguson mundur, secara mengejutkan menyalahkan dirinya dan mantan manajernya atas penurunan performa klub. Menurutnya, kepergian mereka yang terlalu cepat meninggalkan kekosongan besar di dalam tim. Hal tersebut membuat para pemain yang tersisa kesulitan karena tidak ada sosok pemimpin atau panutan yang bisa mereka ikuti.
Evra menyampaikan bahwa ketika ia dan Ferguson masih berada di klub, mereka bermain dengan semangat kuat untuk membela lambang klub dan tradisinya. Namun, setelah mereka pergi, tim kehilangan elemen penting tersebut. Hal ini, menurutnya, telah memengaruhi mentalitas para pemain yang kini tidak lagi memiliki teladan dalam cara bermain dan bersikap di dalam maupun luar lapangan.
Ten Hag Berusaha, tetapi Belum Cukup
Evra tidak sepenuhnya memahami apa yang menjadi inti masalah di internal MU saat ini. Namun dia melihat bahwa manajer Erik ten Hag telah berusaha keras untuk membawa perubahan. Dia juga menekankan bahwa upaya Ten Hag sejauh ini belum cukup untuk memperbaiki situasi dan mengembalikan MU ke jalur kemenangan. “Ini bukan hanya tentang musim ini,” kata Evra, “sejak kami memenangkan gelar liga terakhir pada 2013, klub berada dalam kekacauan dan belum mampu bangkit.”
MU Tertinggal dari Rivalnya
Evra juga mengakui bahwa MU telah tertinggal jauh dari tim-tim rival. Klub seperti Manchester City, Arsenal, dan Liverpool kini bermain lebih baik dan memiliki tim yang lebih terorganisir. Situasi ini membuat Evra merasa frustrasi dan khawatir MU akan mengalami kemerosotan berkepanjangan seperti Liverpool, yang harus menunggu selama 30 tahun untuk memenangkan gelar Liga Inggris. Evra berharap MU tidak harus menunggu selama itu untuk kembali meraih kejayaan.
Evra Tetap Menjadi Penggemar Setia
Meskipun demikian, Evra menegaskan bahwa apa pun yang terjadi, dia akan selalu menjadi pendukung setia Manchester United. Baginya, meski sulit menyaksikan klub kesayangannya jatuh dari puncak kejayaan, loyalitasnya terhadap MU tidak akan pernah berubah. “Saya akan menjadi penggemar Manchester United selamanya, tidak peduli seberapa sulit situasinya. Namun, melihat tim ini bermain seperti sekarang sungguh menyakitkan,” ungkap Evra dengan penuh emosi.
Harapan dan Tantangan Masa Depan MU
Pernyataan Patrice Evra mencerminkan kekhawatiran yang dirasakan banyak penggemar MU di seluruh dunia. Setelah satu dekade berlalu sejak Ferguson pensiun, MU masih terus mencari pijakan mereka di kompetisi elit Eropa dan domestik. Masa depan klub ini akan sangat ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat dalam waktu dekat. Termasuk apakah manajemen klub akan tetap memberikan kesempatan bagi Ten Hag atau memilih melakukan perubahan drastis dalam struktur kepelatihan dan manajemen pemain.
Evra menutup pernyataannya dengan menyiratkan bahwa penting bagi MU untuk segera menemukan solusi jangka panjang. Ia berharap agar klub bisa kembali bersaing di puncak sepak bola dunia. Pidatonya bukan hanya sebuah kritik terhadap masa lalu, tetapi juga refleksi tentang pentingnya menjaga tradisi, mentalitas pemenang, dan kepemimpinan yang kuat di klub sepak bola sebesar Manchester United.