Jaman sekarang, hidup pesepak bola Indonesia bisa dibilang makin kompleks. Semua berkat pengaruh media sosial dan liputan media yang kayak pedang bermata dua.
Sorotan Publik
Lo jadi pesepak bola yang punya banyak follower di medsos, pasti enak banget, kan? Tapi di balik sorotan terang, ada sisi gelap yang bisa bikin lo cepet puas atau bahkan jadi sasaran empuk kritikan kalo performa lo lagi ancur. Nah, ada satu hal yang dikenal sebagai “star syndrome” yang bisa bikin pesepak bola itu langsung tenggelam dalam euforia ketenaran. Mereka bisa kelelep dan lost in the fame, yang akhirnya berdampak negatif ke performa di lapangan.
Om Firman Utina, seorang jagoan sepak bola Indo, punya saran yang cukup masuk akal. Menurut beliau, setiap klub seharusnya punya psikolog buat bantuin pemain. Gak tanggung-tanggung, biar gak ada yang terkena sindrom bintang. Kita tahu, era sekarang media sosial dan berita di media punya pengaruh yang gede banget. Kalo mental gak kuat, bisa-bisa karir cuman sebentar doang. Padahal, talenta pemain Indonesia ini emang oke banget, mestinya dijaga betul.
Belum Cukup Psikolog di Klub
Sayangnya, sejauh ini masih dikit klub yang mikirin untuk bawa psikolog di tim mereka. Timnas Indonesia kelompok usia belakangan ini ada yang mulai mengadopsi. Contohnya Arema FC, mereka sempet coba kerjasama sama psikolog, tapi fokusnya lebih ke mengangkat mental pemain setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Kalo gak ada psikolog, senior pemain dan pelatih juga bisa jadi penopang mental. Biasanya yang kena sindrom bintang itu pemain yang masih muda. Jadi, harus ada yang ngawasin dan bimbing generasi penerus di Timnas juga.
Waktu om Firman Utina masih aktif main dulu, masuk koran aja udah bikin seneng setengah mati. Gak kayak sekarang, berita tentang pesepak bola banjir dari mana-mana. Media cetak, media elektronik, sampai media sosial, semuanya kebanjiran berita.
Kalo ada lebih banyak perhatian ke kesejahteraan mental pemain, bisa jadi nanti kita punya timnas yang bener-bener kuat, bukan cuma di atas kertas aja. Semoga klub-klub dan federasi bisa lebih aware akan pentingnya dukungan psikologis buat para pemain, ya!