Asalberita.com – Timnas Indonesia sukses menorehkan kemenangan penting dalam laga melawan Arab Saudi pada matchday keenam putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. Pertandingan yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada Selasa (19/11) tersebut berakhir dengan skor 2-0 untuk Indonesia. Namun, di balik kemenangan itu, perhatian publik tertuju pada Justin Hubner, yang harus meninggalkan lapangan lebih awal akibat akumulasi kartu kuning yang berujung kartu merah.
Kejadian tersebut semakin mengukuhkan julukan ‘preman’ bagi Hubner, yang dikenal dengan gaya permainannya yang keras dan tanpa kompromi. Sebagai bek tengah, Hubner tidak segan-segan melakukan tekel atau duel fisik untuk menghentikan serangan lawan, bahkan jika itu berarti harus berhadapan langsung dengan wasit. Namun, menariknya, Hubner bukan satu-satunya pemain Timnas Indonesia yang memiliki reputasi sebagai ‘preman’. Ivar Jenner, gelandang bertahan muda andalan Garuda, ternyata memiliki catatan serupa dalam hal koleksi kartu selama kualifikasi berlangsung.
Statistik Kartu yang Mengesankan
Menurut data yang dilansir ESPN, Justin Hubner telah bermain dalam tujuh pertandingan sepanjang Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dalam rentang tersebut, ia sudah mengantongi tiga kartu kuning dan satu kartu merah. Di sisi lain, Ivar Jenner bahkan lebih sering terlibat dalam laga, tampil delapan kali dan menerima empat kartu kuning. Catatan keduanya menjadikan mereka pemain dengan koleksi kartu terbanyak di skuad Timnas Indonesia, jauh melampaui pemain lain.
Sebagai perbandingan, pemain lain seperti Jordi Amat hanya mengantongi satu kartu merah. Sementara itu, Witan Sulaeman, Nathan Tjoe-A-On, Jay Idzes, dan Sandy Walsh masing-masing memiliki dua kartu kuning. Perbedaan ini menunjukkan betapa agresifnya Hubner dan Jenner dalam menjalankan peran mereka di lapangan.
Ivar Jenner: Gelandang Tangguh dengan Mobilitas Tinggi
Berbeda dengan Hubner yang bertugas sebagai palang pintu di lini belakang, Ivar Jenner menempati posisi sebagai gelandang bertahan bertipe nomor 6. Perannya sangat krusial sebagai tembok pertama dalam menghadang serangan lawan di lini tengah. Pemain berusia 20 tahun ini dikenal memiliki mobilitas tinggi, mampu menjangkau berbagai area untuk merebut bola atau memutus aliran serangan lawan.
Berdasarkan data Sofascore, Jenner mencatatkan rata-rata tiga tekel, dua intersep, dan enam kali ball recovery di setiap pertandingan. Statistik ini menggambarkan betapa pentingnya kontribusi Jenner dalam menjaga keseimbangan tim. Meski demikian, gaya permainan agresifnya sering kali memaksa wasit mengeluarkan kartu sebagai peringatan atas pelanggarannya.
Pilar Utama Shin Tae-yong
Pelatih Shin Tae-yong tampaknya sangat mempercayai kemampuan Jenner. Dalam setiap pertandingan penting, Jenner hampir selalu menjadi pilihan utama di lini tengah. Kehadirannya tidak hanya memperkuat pertahanan, tetapi juga memberikan kenyamanan bagi gelandang lain seperti Thom Haye untuk bermain lebih menyerang. Dengan Jenner yang kokoh di lini tengah, Haye bisa lebih fokus mengatur distribusi bola ke lini depan, memberikan peluang bagi para penyerang untuk mencetak gol.
Gaya Bermain Keras: Pedang Bermata Dua
Meskipun gaya bermain keras Hubner dan Jenner sering kali menjadi keuntungan bagi tim, ada risiko besar yang harus ditanggung. Hukuman kartu, apalagi kartu merah, bisa menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan tim dalam sebuah turnamen. Kehilangan pemain kunci seperti Hubner atau Jenner di tengah pertandingan dapat mengganggu stabilitas permainan Timnas Indonesia. Oleh karena itu, keduanya perlu lebih berhati-hati agar agresivitas mereka tetap terkontrol tanpa mengorbankan efektivitas di lapangan.
Pemain Kontroversial yang Tak Tergantikan
Terlepas dari sorotan negatif yang kadang muncul akibat koleksi kartu mereka, Justin Hubner dan Ivar Jenner tetap menjadi dua pemain yang sangat diandalkan dalam skuad Garuda. Keberanian mereka dalam bermain keras mencerminkan semangat pantang menyerah yang menjadi ciri khas Timnas Indonesia. Dengan kombinasi kemampuan individu dan dedikasi tinggi, keduanya berhasil menjadi motor penggerak permainan, meski kerap menuai kontroversi.
Dengan perjalanan panjang kualifikasi yang masih menyisakan tantangan, peran Hubner dan Jenner akan terus menjadi kunci bagi keberhasilan Indonesia. Kini, tugas mereka adalah menjaga keseimbangan antara agresivitas dan kedisiplinan, sehingga bisa memberikan kontribusi maksimal tanpa merugikan tim. Timnas Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar keberanian; mereka juga membutuhkan kecerdasan taktis agar bisa bersaing di level tertinggi sepak bola dunia.