Asalberita.com – Sergio Conceicao baru saja ditunjuk sebagai pelatih baru AC Milan, menggantikan Paulo Fonseca, rekan senegaranya dari Portugal. Namun, perjalanan pria yang sebelumnya melatih FC Porto ini tidak akan mudah, mengingat banyaknya masalah yang harus segera diselesaikan di Rossoneri.
Menurut laporan berbagai media di Italia, Conceicao menandatangani kontrak awal selama enam bulan dengan opsi perpanjangan satu musim. Akan tetapi, pihak klub mengumumkan bahwa ia diikat hingga tahun 2026. Terlepas dari durasi kontraknya, enam bulan pertama hingga akhir musim 2024/2025 akan menjadi ujian besar bagi Conceicao. Jika hasilnya tidak memuaskan, bukan tidak mungkin Milan akan mencari pelatih baru di akhir musim.
Tekanan Besar Sergio Conceicao di Awal Kariernya Bersama Milan
Dalam waktu singkat ini, Conceicao harus membuktikan kemampuannya sebagai pelatih yang tepat untuk membawa Milan ke arah yang lebih baik. Warisan masalah dari era Fonseca menjadi tantangan tambahan baginya. Target utama klub tetap jelas: lolos dari fase grup Liga Champions dan memastikan tiket ke kompetisi tersebut musim depan melalui jalur liga. Kegagalan mencapai target ini dapat berdampak buruk, baik dari sisi finansial maupun moral tim.
Selain itu, keputusan mendadak dalam pemecatan Fonseca menunjukkan ketidakstabilan di manajemen klub, menambah beban yang harus dihadapi Conceicao. Dalam wawancara perdananya dengan Milan TV, Conceicao menyatakan bahwa ia ingin mengembalikan mentalitas juara di tim. Ia menegaskan bahwa Milan adalah salah satu klub besar di dunia dan tim harus menunjukkan kemampuan yang sesuai dengan reputasi tersebut.
Masalah Warisan yang Perlu Segera Diatasi
Salah satu persoalan utama yang diwarisi Conceicao adalah mentalitas pemain yang kerap tidak konsisten. Milan menunjukkan performa inkonsisten dalam beberapa musim terakhir, dengan kemenangan gemilang melawan tim besar seperti Inter Milan dan Real Madrid, tetapi juga kehilangan poin melawan tim papan bawah seperti Cagliari dan Genoa. Sebagai pelatih yang pernah membawa Porto menjadi juara beberapa kali, Conceicao diharapkan mampu membangun pola pikir dan daya juang yang lebih kuat di dalam tim.
Tak hanya soal mentalitas, masalah identitas taktis juga perlu segera dibereskan. Di era Fonseca, Milan tampak kehilangan arah, mencoba memadukan gaya permainan Stefano Pioli dengan ide-ide baru Fonseca, namun hasilnya justru tidak maksimal. Kini, tugas Conceicao adalah menciptakan struktur permainan yang solid, dimulai dari lini pertahanan, lalu membangun pola serangan yang lebih efektif.
Pemain Kunci dalam Proyek Conceicao
Rafael Leao dan Theo Hernandez, dua pemain bintang Milan, harus menjadi pusat dari strategi Conceicao. Selama era Fonseca, kontribusi keduanya sering kali tidak maksimal, yang berdampak pada penurunan performa tim secara keseluruhan. Jika Conceicao mampu memanfaatkan potensi keduanya secara optimal, Milan memiliki peluang besar untuk kembali tampil kompetitif di level tertinggi.
Ujian Pertama: Supercoppa Italiana
Ujian awal bagi Conceicao sudah menanti. Pada 3 Januari, Milan akan menghadapi Juventus di semifinal Supercoppa Italiana. Pertemuan ini menjadi lebih spesial karena Juventus diperkuat oleh Francisco Conceicao, putra dari Sergio Conceicao. Duel ini akan menjadi ajang pembuktian awal bagi sang pelatih dalam membawa ide-idenya ke dalam permainan Milan.
Harapan dan Tantangan di Depan
Conceicao memulai petualangannya di Milan dengan perpaduan antusiasme dan tantangan besar. Dengan waktu yang terbatas, ia harus mampu mengatasi berbagai persoalan mulai dari inkonsistensi performa, identitas taktis, hingga pengelolaan pemain bintang. Apakah ia mampu membawa Milan kembali ke jalur kemenangan? Waktu yang akan menjawabnya. Yang jelas, manajemen dan para tifosi akan terus mengawasi setiap langkahnya dengan harapan besar.
Optimisme tetap ada, namun kini semua tergantung pada bagaimana Conceicao mampu menerjemahkan visinya ke dalam performa nyata di lapangan.